BLENDED LEARNINGDALAM PEMBELAJARAN
A.
KONSEP
BLENDED LEARNING
Secara
etimologi istilah Blended Learning terdiri
dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar
bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi
atau perpaduan (Oxford English Dictionary)(Heinze
and Procter, 2006 : 236). Sedangkan learning
memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna
pola pembelajaran yang mengandung unsure pencampuran, atau penggabungan antara
satu pola dengan pola yang lainnya.
Selain
Blended learning ada istilah lain
yang sering digunakan anatara blended
learning dan hybrid learning. Istilah
yang sering digunakan tadi mengandung arti yang sama yaitu perpaduan,
percampuran atau kombinasi pembelajaran. Supaya tidak membingungkan masalah tersebut
pernah dijelaskan oleh Mainnen (2008) yang menyebutkan “blended learning mempunyai beberapa alternative nama, yaitu mixed learning, hybrid learning, blended blended e-learning dan melted learning (bahasa Finlandia).
Pada
perkembangan istilah yang lebih popular adalah blended blended e- learning dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut
merupakkan isu pendidikan terbaru dalam perembangan globalisasi dan teknologi blended e-learning. Zhao (2008:162)
menjelaskan “issu blended e-learning
sulit untuk didefinisikan karena merupakan sesuatu yang baru”. Pernyataan dari Zhao juga menekankan
pendekatan pembelajaran terbaru tapi penyampaian pesan yang dikombinasikan
melalui dua cara online dan mengajar tatap muka pada tempat yang berjauhan
dengan cara blended learning, suatu kombinasi tatap muka dan pendidikan jarak
jauh.
Bhonk
dan Graham (2006) Model perpisahan mengajar dan belajar sistem pembelajaran
tradisional dan sistem penyebaran pembelajaran, yang menekankan peran pusat
teknologi berbasis computer dalam blended
learning.
Dari
definisi-definisi yang tealah dijelaskan maka dapat dikatakan blended blended e-learning adalah kombinasi
atau pengabunggan pendekatan aspek blended e-learning yang berupa web-based
instruction, video streaming, audio, komunikasi synchronous dan asynchroumous
dalam jalur blended e-learning system
LSM dengan pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar,
teori belajar dan dimensi pedagogic.
B.
KARAKTERISTIK
BLENDED LEARNING
Menurut
Sharpen et.al (2006:18) karakteristik Blended
Blende Learning, adalah :
1. Ketetapan
sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional
sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual.
2. Transformative
tingkat praktik didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam.
3. Pandangan
menyeluruh entang teknologi untuk mendukung pembelajaran.
Berdasarkan
penjelasan diatas, karakteristik blended
blended learning adalah sumber suplemen dengan pendekatan
tradisionalpembelajaran dan Pandangan tentang semua teknologi digunakan untuk
mendukung pembelajaran.
C. PENERAPAN BLENDED LEARNING
Blended e-learning
kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan tebuka dan jarak jauh.
Jika dikaji secara terminology maka blended e-learning menekankan pada
penggunaan internet seperti pendapat Rosenberg (2001) menekankna bahwa blended e-learning merujuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian doludi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Perbedaan
pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik,
animasi, simulasi, audio, dan video. Perbedaan pembelajaran Tradisional dengan blended e-learning yaitu kelas “tradisional”,
guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran “blended learning” akan “memaksa” pelajar
memainkan peranana yang lebih aktif dalam pembelajaran. Pelajar membuat
perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
D.
PROSEDUR
BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
Mahasiswa
pendidikan jarak jauh sebagian besar adalah lulusan akademik jenjang Diploma
Dua atau Tiga. Mereka semua adalah guru-guru yang telah mengjar di sekolah
dasar. Dalam rangka program sertifikasi sesuai Undang-undang guu dan dosen
terbaru mereka sudah menyandang gelar sarjana atau diploma empat agar dapat
disertifikasi. Untuk itu mereka mengikuti program S1 PGSD PJJ UPI untuk meraih
gelar.
Sebagian
besar mahasiswa tersebut adalah orang-orang dewasa yang telah beberapa tahun
tidak mengikuti kegiatan akademik seperti perkulihan. Karenaitu program yang
didikuti berbentuk jarak jauh agar mereka dapat tetap mengajar sambil kuliah. Maka
model pembelajaran yang digunakan adalah model blende e-learning.
Gagne
(1984) belajar yang efektif mempunyai criteria sebagai berikut : (1) melibatkan
pembelajar dalam proses belajar; (2) mendorong munculnya keterampilan untuk
belajar mandiri (learn how to learn);
(3) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pembelajar; (40 memberi motivasi
untuk belajar lebih lanjut.
Darmodihardjo
(1998;39) mengemukakan bahwa tutor dalam pelaksanaan tugasnya memiliki peran
yang meliputi; (1) sebagai motivator; (2) sebagai fasilitator; (3) sebagai
pembimbing; (4) pengembang materi pelajaran; (5) pengelola proses belajar
mengajar; (6) agen pembaharuan.
Sementara
itu Muhammad Zen (2000:69-70) mengemukakan bahwa tugas tutor selaku pengajar
meliputi; (1) sebagai informatory, (2) sebagai organisator, (3) sebagai
evaluator, (4) pengembangan materi pelajaran, (5) sebagai inisiator, (6)
sebagai transmitter, (7) sebagai fasilitator, (8) sebagai mediator, (9) sebagai
evaluator.
DAFTAR
PUSTAKA
Rusman,
dkk. 2013. Pembelajaran berbasis teknologi
Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas guru. Jakarta: PT.
RajaGrafindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar