Total Tayangan Halaman

Selasa, 16 Februari 2016

II. PEMBELAJARAN BERBASIS TIK



PEMBELAJARAN BERBASIS TIK

      A.   PEMBELAJARAN BERBASIS TIK
Media Pembelajaran Berbasis ICT ( Internet and Communication Technology) Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke–21 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Sedangkan media Pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi antara pengajar (guru) dan peserta (murid) ajar tidak harus saling bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pendidikan konvensional, mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu media yang disebut komputer.
Beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis ICT, adalah :
  1. Internet
Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TI, karena perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TI lainnya. Internet merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TI tersedia akses internet.
2.Intranet
Apabila penyediaan infrastruktur internet mengalami suatu hambatan, maka intranet dapat dijadikan alternatif sebagai media pendidikan berbasis TI. Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal (dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan lebih murah dijalankan pada intranet. Pada kondisi-kondisi tertentu intranet justru dapat menjadi pilihan tepat dalam menerapkan pendidikan berbasis TI.
 3. Mobile Phone
Pembelajaran berbasis TI juga dapat dilakukan dengan menggunakan media telpon seluler, hal ini dapat dilakukan karena kemajuan teknologi telpon seluler yang pesat. Seseorang bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti pembelajaran melalui telpon seluler. Begitu canggihnya perkembangan teknologi ini sampai memunculkan istilah baru dalam pembelajaran berbasis TI yang disebut M-learning (mobile learning).
    4. CD-ROM/Flash Disk
Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media tersebut, kemudian dibuka pada suatu komputer. Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TI yang paling sederhana dan paling murah.
Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Berbsis ICT, Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
  1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam  mengolah kata
  2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan(science), 
  3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran(literacy).
Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untukmenguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini posisi teknologi tidakubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai: fasilitator, motivator,transmitter, dan evaluator. Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi/ICT memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagaisuplemen, komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008).
Moldstad (dalam Harsya W Bachtiar, 1984) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis ICT dalam proses pembelajaran akan dapat menimbulkan kondisi-kondisi positif, seperti :
  1. Belajar lebih banyak terjadi jika media diintegrasikan dengan program instruksional yang tradisional.
  2. Jumlah belajar yang setara sering dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat dengan menggunakan teknologi instruksional.
  3. Program instruksional dengan menggunakan berbagai media yang didasarkan pada suatu pendekatan sistem, seringkali memudahkan siswa dalam belajar secara lebih efektif. 
  4. Program-program multimedia dan atau tutorial audio untuk pembelajaran biasanya lebih disukai siswa bila dibandingkan dengan pengajaran tradisional.

      B.     PENDEKATAN INSTRUKSIONAL DALAM PENDIDIKAN BERBASIS TIK
Menurut Lowther, et.al.,beberapa teori belajar yang perlu dipahami untuk dijadikan landasan bagi pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK di LPTK di antaranya adalah,”constructivisme dari Bruner (1999),anchored instrution dari CTGV (1993),cognitive apprenticeship dari Brown et.al.(1993),dan multiple intelegences dari Gardner (1993).Teori-teori belajar tersebut diterapkan tidak secara sendiri-sendiri tapi harus diterapkan secara terintegrasi (multiple).
Lowther,et.al. mengajukan beberapa metode pembelajaran untuk membentuk kemampuan calon guru dalam menggunakan pendidikan berbasis web dan teknologi lainnya di LPTK.yaitu:simulated K-12 technology classroom;modeling;observing/participating in technology setting;learning technology skill;and reflective practices.
Instructional Approaches (Lowther.ey.al.,2000:141)
Approach
Guidelines
Simulated K-12 technology classroom
Dalam pelaksanaan pembelajaran jenis ini harus mengikuti beberapa syarat berikut:
-Kelas memiliki 3-6 komputer
-Mahasiswa keguruan dianggap dan memerankan siswa K-12
-Pelajaran berbasis masalah(problem-based)
-Pelajaran melibatkan kolaborasi
-Mahasiswa melakukan pergantian peran dan aktifitas
-Mahasiswa mengalami,menggunakan komputer sebagai alat
-Mahasiswa mengalami memecahkan masalah teknis
Modelling
Guru berperan seperti di bawah ini,bahkan ketika melaksanakn simulated K-12 Technology Classroom:
-Sebagai fasilitator
-Pengelola pergantian/rotasi peran mahasiswa dalam berbagai aktifitas yang dilakukan
-Pemecah masalah teknis
Observing/Participating in Technology Setting
Observasi dilakukan dengan:
-Tidak menonjolkan penggunaan teknologi kepada kepada siswa K-12
-Tidak mengancam karena kemampuan teknologi siswa tidak merupakan bagian yang perlu di observasi
Partisipasi:
-Dilakukan dalam suasana yang terbuka
-Mahasiswa keguruan membantu ketika skill dan kapabilitas mereka sesuai dengan kebutuhan.
Learning Technology Skill
Ada dua pendekatan yang bisa dipilih:
-Mengajarkan kemampuan teknologi terlebih dahulu,kemudian mengajarkan bagaimana mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran
-Mengajarkan kemampuan teknologi sesuai kebutuhan ketika menggunakan teknologi sebagai alat belajar
Reflective Practice
Melakukan reflektif atas praktik/kegiatan yang telah dilakukan:
-Mendorong pengembangan metakognitif
-Membantu perkembangan rasa self-efficacy
-Membimbing kegiatan penelitian

  C.    KEMAMPUAN YANG DITUNTUT BAGI PENYELENGGARA PENDIDIKAN BERBASIS TIK
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technologi.ICT) demikian pesat. Perkembangan teknologi komputer ini, maka metoda pendidikan juga berkembang, sehingga proses pengajaran berbantuan komputer ini maju terus menuju kesempurnaannya, namun secara garis besarnya, dapat dikatergorikan menjadi dua, yaitu computer-based training (CBT) dan Web-based training (WBT).
  1. Computer Based Training (CBT). CBT merupakan proses pendidikan berbasiskan komputer, dengan memanfaatkan media CDROM dan disk-based sebagai media pendidikan (Horton, 2000). Dengan memanfaatkan media ini, sebuah CD ROM bisa terdiri dari video klip, animasi, grafik, suara, multimedia dan program aplikasi yang akan digunakan oleh peserta didik dalam pendidikannya.
  2. Web Based training (WBT). Web-based training (WBT) sering juga diidentikkan dengan e-learning, dalam metoda ini selain menggunakan komputer sebagai sarana pendidikan, juga memanfaatkan jaringan Internet, sehingga seorang yang akan belajar bisa mengakses materi pelajarannya dimanapun dan kapanpun, selagi terhubung dengan jaringan Internet (Rossett, 2002).
Ada tiga pihak yang dituntut kemampuanya agar WBT bisaa terselenggara yaitu pihak lembaga, pengelola, dan Guru/dosen.
Pertama, tuntutan kelembagaan. Situasi dan kondisi yang seperti ini menuntut lembaga pendidikan perlu diciptakan sedemikian rupa sehungga WBT memungkinkan berjalan. Dalam hal ini kita bias bercermin kepada perusahaan yang telah menjalankan program pendidikan yang telah sukses dan yang telah menyelenggarakan WBT.
        Kedua, tuntutan pengelola. Sedangkan tuntutan atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang pengelola program WBT untuk mendorong sukses WBT yaitu. 
  1. Mampu untuk meyakinkan atau menemukan nilai-nilai baik yang ada dalam WBT yang bias diambil bagi kepentingan pendidikan dan pengembangan professional.
  2. Memahami secara mendalam mengenai pengaruh psikologis pelatihan yang menggunakan system virtual pada kewajiban terdidik.
  3. Mampu untuk menyesuaikan budaya dan sikap lembaga dalam penggunaan system pendidikan dan pelatihan online.
  4. Memahami bagaimana WBT memengaruhi organisasi.
  5. Memahami dan menyadari adanya berbagai keterbatasan baik secara hardware atau software.
Ketiga, tuntutan kemampan guru atau dosen. Untuk bisa menyelanggarakan pendidikan yang berbasis web guru harus memiliki: menurut Somekh dan Davis, dalam Rusman.
  1. Memiliki sikap positif terhadap Teknologi Informasi (TI) (positive attitdes to IT)
  2. Memahami potensi pendidikan dalam TI.
  3. Mampu menggunakan TI dalam kuriklum secara efektif.
  4. Mamap mengelola penggunaan TI di dalam kelas.
  5. Mampu menilai penggunaan TI.
  6. Mampu meyakinkan adanya perbedaan dan kemajuan. 
  7. Memiliki kemampuan teknis untuk menggunakan TI serta sellau memperbarui kemampuan yang telah dimilikinya.
Sementara itu, dalam standart ini mengindikasikan bahwa para guru harus: Pertama, memiliki pemahaman umum dan kemampuan teknologi. Kedua, mampu menggunakan teknologi untuk meningkatkan kemampuan dalam kehidupan professional dan personal. Ketiga, harus bias mengintegrasikan teknologi kedalam kurikulum secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA :
Rusman, dkk. 2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.(online). (http://berbasistik.blogspot.co.id/2016/01/kemampuan-yang-dituntut-bagi.html , diakses  15 februari 2016)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar