POLA PENGASUHAN DALAM KELUARGA
A.
POLA
PENGASUHAN OTORITER
Pola asuh otoriter ditandai dengan
cara mengasuh anak dengan aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak
untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas
nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar
fikiran dengan orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar
sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anakDalam pola otoriter, hukuman
merupakan sarana utama dalam proses pendidikan, sehingga anak melaksanakan
perintah atau tugas dari orang tua atas dasar takut memperoleh hukuman dari
orang tuanya. Sedangkan indikator dari pola asuh otoriter adalah sebagai
berikut:
1.
Peraturan dan pengaturan yang keras (kaku)
Salah satu
Indikator dari pola asuh otoriter adalah peraturan yang diberikan orangtua
kepada anak sangat ketat. Kebebasan untuk bertindak atas nama dirinya dibatasi
bahkan cenderung memaksa dan terkadang keras. Anak harus mematuhi segala
peraturan orangtua dan tidak boleh membantah dan apabila membantah maka anak
tersebut dianggap memberontak dan akan menimbulkan masalah. Orangtua yang
seperti ini biasanya hanya cenderung memberikan perintah dan larangan, orangtua
cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak sehingga anak hanya sebagai pelaksana.
Dengan peraturan yang kaku anak merasa terkekang di rumah sehingga bisa
bersifat agresif di luar rumah.
2.
Pemegang semua kekuasaan adalah orangtua
Indikator
dari pola asuh otoriter berikutnya adalah pemegang semua kekuasaan adalah
orangtua yaitu orangtua menjadikan dirinya di dalam keluarga sebagai seorang
pemimpin yang absolut. Orangtua juga cenderung menentukan segala sesuatu untuk
anak dan anak hanya sebagai pelaksana (orangtua sangat berkuasa). Semua
kegiatan yang akan dilakukan oleh anak ditentukan oleh orangtua, bahkan sampai
ke hal-hal yang kecil misalnya selalu mengatur jadwal kegiatan anak, cara
membelanjakan uang, teman-teman bermain dan lain-lain. Anak-anak yang
dibesarkan dalam suasana seperti ini, jika mereka dewasa akan memiliki sifat rendah
diri dan tidak bisa memikul suatu tanggung jawab.
3.
Anak tidak mempunyai hak untuk berpendapat
Indikator
dari pola asuh otoriter lainnya adalah anak tidak mempunyai hak untuk
berpendapat. orangtua merasa bahwa dirinya paling benar, sehingga orangtua
sedikit atau bahkan tanpa melibatkan pendapat dan inisiatif anak. Kalau
terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak, maka anak dianggap
sebagai orang yang suka melawan dan membangkang.Sehingga anak menjadi tidak
berani mengeluarkan pendapat, pasif, dan kurang sekali berinisiatif bahkan
cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan (tidak berani mengambil
keputusan) dalam hal apa saja. Sebab anak terbiasa bertindak harus dengan
persetujuan dari orangtua dan tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri.
4.
Hukuman dijadikan alat jika anak tidak menurut
Salah satu
ciri-ciri orangtua yang otoriter adalah selalu menghukum anaknya ketika anaknya
berbuat salah bahkan hukuman tersebut terkadang cenderung keras dan mayoritas
hukuman tersebut sifatnya hukuman badan. Orangtua seringkali mengancam dan
menghukum anaknya ketika anak tersebut tidak menurut dengan orangtua.
5.
Seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti
dirinya (orangtua)
Salah satu
indikator orangtua yang otoriter adalah seringkali memaksa anak untuk berperilaku
seperti dirinya (orangtua). Hal ini disebabkan karena orangtua merasa dirinya
yang paling benar dan anak harus mencontoh (meniru) segala perilaku yang
dilakukan orangtua. Walaupun terkadang perilaku orangtua salah, akan tetapi
orangtua merasa hal itu benar dan anak harus menurutinya.
B.
POLA
PENGASUHAN DEMOKRATIS
Pola pendidikan demokratis adalah
suatu cara mendidik/mengasuh yang dinamis, aktif dan terarah yang berusaha
mengembangkan setiap bakat yang dimiliki anak untuk kemajuan perkembangannya. Pola
ini menempatkan anak sebagai faktor utama dan terpenting dalam pendidikan.
Hubungan antara orang tua dan anaknya dalam proses pendidikan diwujudkan dalam
bentuk human relationship yang didasari oleh prinsip saling menghargai dan
saling menghormati. Hak orang tua hanya memberi tawaran dan pertimbangan dengan
segala alasan dan argumentasinya, selebihnya anak sendiri yang memilih
alternatif dan menentukan sikapnya.
Anak diberi kesempatan mengembangkan
kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk
bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Selain itu anak juga dilibatkan dan
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.Sehingga
memungkinkan anak dapat belajar secara aktif dalam mengembangkan dan memajukan
potensi bawaannya. Serta anak dapat kreatif dan inovatif.Adapun indikator dari
pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:
1. Peraturan
dari orangtua lebih luwes
Salah satu
ciri-ciri pola asuh demokratis adalah peraturan dari orangtua lebih luwes yaitu
orangtua menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan keadaan, perasaan dan pendapat si anak serta memberikan
alasan-alasan yang dapat dipahami, diterima dan dimengerti anak.
Selain itu
semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak menggunakan kata-kata
yang mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar, seperti kata tidak boleh,
wajib, harus dan kurang ajar. Dan memberikan pengarahan, perbuatan yang baik
perlu dipertahankan dan yang jelek supaya ditinggalkan
2. Menggunakan
penjelasan dan diskusi dalam berkomunikasi dengan anak
Indikator
dari pola asuh demokratis adalah orangtua menggunakan penjelasan dan diskusi
dalam berkomunikasi dengan anak. Artinya ketika terjadi suatu masalah dalam
keluarga maka orangtua dan anak mendiskusikannya dan mencari jalan keluarnya
dengan berdiskusi. Dan ketika sang anak berbuat salah maka orangtua tidak
langsung menghukum anak tersebut akan tetapi menjelaskan terlebih dahulu bahwa
apa yang telah dilakukannya salah dan menasehatinya supaya tidak mengulanginya
lagi. Selain itu juga terjadi komunikasi dua arah yang baik sehingga antara
orangtua dan anak terjalin keakraban.
3. Adanya sikap
terbuka antara orangtua dan anak
Sikap
terbuka antara orangtua dan anak adalah ketika orangtua melakukan sesuatu dalam
keluarga secara musyawarah dan kalau terjadi sesuatu pada anggota keluarga
selalu dicarikan jalan keluarnya (secara musyawarah), juga dihadapi dengan
tenang, wajar, dan terbuka.
4. Adanya
pengakuan orangtua terhadap kemampuan anak-anaknya
Orangtua yang
baik adalah orangtua yang mengakui kemampuan anak, ia memandang anak sebagai
individu yang sedang berkembang sehingga memberikan kesempatan kepadanya untuk
mengembangkan dirinya dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. Orangtua
seperti ini memahami hakekat perkembangan anak yakni mencapai kedewasaan fisik,
mental, emosional dan sosial. Orangtua yang memahami hal ini akan menanggapi
secara positif seluruh ekspresi anak dalam bentuk apapun, memberi kebebasan
kepada anak untuk berkreasi, mengembangkan bakatnya, serta mendukung seluruh
keinginan anak yang positif dengan terus memantau dan mengarahkan anak agar
jangan menyusuri jalan hidup yang sesat.
5. Memberi
kesempatan untuk tidak tergantung dengan orangtua
Indikator
dari pola asuh demokratis berikutnya adalah orangtua memberi kesempatan kepada
anak untuk tidak tergantung dengan orangtua. Dengan kata lain orangtua melatih
anak untuk mandiri yaitu dengan memberi anak kesempatan untuk mengembangkan
kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit anak berlatih untuk
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Selain itu
anak juga dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi mengatur
hidupnya. Sehingga anak dapat belajar secara aktif dalam mengembangkan dan
memajukan potensi bawaannya serta anak dapat inovatif dan kreatif.
C.
POLA
PENGASUHAN LAIZER FAIRE
Ditandai
dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh tipe yang
terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan
waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak
digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala
biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah
perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang
depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada
anak-anaknya.
D.
PENGARUH
POLA PENGASUHAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Dampak pola
asuh menurut Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola asuh
yang dilakukan orang tua dalam keluarga.
a.
Pola
pengasuhan otoriter
Pola asuh
otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi
peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung
mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat
perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap pembangkang.
Dampak pengasuhan otoriter pada anak adalah sebagai berikut:
1.
Harga diri
Kemungkinan besar yang terjadi pada anak adalah gagal mengakui
individualitas mereka. Akhirnya anak-anak menderita rendah harga diri karena
menganggap dirinya tidak berperan penting dan tidak cukup valid menentukan
keberadaan mereka di tengah masyarakat.
2.
Kepercayaan diri
Anak-anak dengan orangtua otoriter selalu mengambil keputusan sepihak tanpa
kompromi dengan anak. Anak pun akan gagal mengakui keinginan karena naluri
mereka selalu dikendalikan. Mereka juga tidak percaya akan kemampuan diri
mengambil keputusan penting.
3.
Kepatuhan
Karena
cenderung dibatasi individualitasnya, anak-anak akan selalu mengikuti perintah
orangtua tanpa keraguan. Mereka tidak berani bereksperimen dalam menangani
situasi. Bahkan tidak mampu berhadapan dengan situasi stres dan tidak bisa
mengekspresikan diri.
4.
Menang sendiri
Orang tua otoriter selalu menetapkan aturan dan panduan agar anak
mengikutinya tanpa mempertanyakan baik dan buruknya. Bila mereka gagal
melakukan sesuatu biasanya dikenakan hukuman. Anak-anak pun terbiasa untuk harus
unggul dalam kegiatan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.
5.
Kesepian
Sementara orangtua sibuk merumuskan pedoman, anak-anak mulai merasa
kesepian dan menarik diri. Kemudian menjadi pendiam dan menutup diri. Banyak
kasus anak menjadi depresi karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang layak
untuk didengar dan dilihat sebagai individu.
b. pola pengasuhan demokratis
Akibat
positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai
orang lain, bertanggung jawab atas segala tindakannya, tidak munafik, jujur.
Namun akibat negatifnya, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas
orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak-orang tua.
Pola asuh
demokratis juga akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri,
dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu
menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif
terhadap orang lain.
c. pola pengasuhan laizer faire
Pola asuh Laissez faire atau penelantar akan menghasilkan karakteristik
anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau
mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah
dengan teman. Pola asuh seperti ini juga akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, dan
bermasalah dengan teman.
Daftar Rujukan :