Total Tayangan Halaman

Kamis, 16 Februari 2017

POLA PENGASUHAN DALAM KELUARGA

POLA PENGASUHAN DALAM KELUARGA

A.    POLA PENGASUHAN OTORITER
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran dengan orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anakDalam pola otoriter, hukuman merupakan sarana utama dalam proses pendidikan, sehingga anak melaksanakan perintah atau tugas dari orang tua atas dasar takut memperoleh hukuman dari orang tuanya. Sedangkan indikator dari pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:
1.      Peraturan dan pengaturan yang keras (kaku)
Salah satu Indikator dari pola asuh otoriter adalah peraturan yang diberikan orangtua kepada anak sangat ketat. Kebebasan untuk bertindak atas nama dirinya dibatasi bahkan cenderung memaksa dan terkadang keras. Anak harus mematuhi segala peraturan orangtua dan tidak boleh membantah dan apabila membantah maka anak tersebut dianggap memberontak dan akan menimbulkan masalah. Orangtua yang seperti ini biasanya hanya cenderung memberikan perintah dan larangan, orangtua cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak sehingga anak hanya sebagai pelaksana. Dengan peraturan yang kaku anak merasa terkekang di rumah sehingga bisa bersifat agresif di luar rumah.
2.      Pemegang semua kekuasaan adalah orangtua
Indikator dari pola asuh otoriter berikutnya adalah pemegang semua kekuasaan adalah orangtua yaitu orangtua menjadikan dirinya di dalam keluarga sebagai seorang pemimpin yang absolut. Orangtua juga cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana (orangtua sangat berkuasa). Semua kegiatan yang akan dilakukan oleh anak ditentukan oleh orangtua, bahkan sampai ke hal-hal yang kecil misalnya selalu mengatur jadwal kegiatan anak, cara membelanjakan uang, teman-teman bermain dan lain-lain. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana seperti ini, jika mereka dewasa akan memiliki sifat rendah diri dan tidak bisa memikul suatu tanggung jawab.
3.      Anak tidak mempunyai hak untuk berpendapat
Indikator dari pola asuh otoriter lainnya adalah anak tidak mempunyai hak untuk berpendapat. orangtua merasa bahwa dirinya paling benar, sehingga orangtua sedikit atau bahkan tanpa melibatkan pendapat dan inisiatif anak. Kalau terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak, maka anak dianggap sebagai orang yang suka melawan dan membangkang.Sehingga anak menjadi tidak berani mengeluarkan pendapat, pasif, dan kurang sekali berinisiatif bahkan cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan (tidak berani mengambil keputusan) dalam hal apa saja. Sebab anak terbiasa bertindak harus dengan persetujuan dari orangtua dan tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri.
4.      Hukuman dijadikan alat jika anak tidak menurut
Salah satu ciri-ciri orangtua yang otoriter adalah selalu menghukum anaknya ketika anaknya berbuat salah bahkan hukuman tersebut terkadang cenderung keras dan mayoritas hukuman tersebut sifatnya hukuman badan. Orangtua seringkali mengancam dan menghukum anaknya ketika anak tersebut tidak menurut dengan orangtua.
5.      Seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua)
Salah satu indikator orangtua yang otoriter adalah seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua). Hal ini disebabkan karena orangtua merasa dirinya yang paling benar dan anak harus mencontoh (meniru) segala perilaku yang dilakukan orangtua. Walaupun terkadang perilaku orangtua salah, akan tetapi orangtua merasa hal itu benar dan anak harus menurutinya.
B.     POLA PENGASUHAN DEMOKRATIS
Pola pendidikan demokratis adalah suatu cara mendidik/mengasuh yang dinamis, aktif dan terarah yang berusaha mengembangkan setiap bakat yang dimiliki anak untuk kemajuan perkembangannya. Pola ini menempatkan anak sebagai faktor utama dan terpenting dalam pendidikan. Hubungan antara orang tua dan anaknya dalam proses pendidikan diwujudkan dalam bentuk human relationship yang didasari oleh prinsip saling menghargai dan saling menghormati. Hak orang tua hanya memberi tawaran dan pertimbangan dengan segala alasan dan argumentasinya, selebihnya anak sendiri yang memilih alternatif dan menentukan sikapnya.
Anak diberi kesempatan mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Selain itu anak juga dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.Sehingga memungkinkan anak dapat belajar secara aktif dalam mengembangkan dan memajukan potensi bawaannya. Serta anak dapat kreatif dan inovatif.Adapun indikator dari pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:
1.      Peraturan dari orangtua lebih luwes
Salah satu ciri-ciri pola asuh demokratis adalah peraturan dari orangtua lebih luwes yaitu orangtua menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan, perasaan dan pendapat si anak serta memberikan alasan-alasan yang dapat dipahami, diterima dan dimengerti anak.
Selain itu semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak menggunakan kata-kata yang mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar, seperti kata tidak boleh, wajib, harus dan kurang ajar. Dan memberikan pengarahan, perbuatan yang baik perlu dipertahankan dan yang jelek supaya ditinggalkan
2.      Menggunakan penjelasan dan diskusi dalam berkomunikasi dengan anak
Indikator dari pola asuh demokratis adalah orangtua menggunakan penjelasan dan diskusi dalam berkomunikasi dengan anak. Artinya ketika terjadi suatu masalah dalam keluarga maka orangtua dan anak mendiskusikannya dan mencari jalan keluarnya dengan berdiskusi. Dan ketika sang anak berbuat salah maka orangtua tidak langsung menghukum anak tersebut akan tetapi menjelaskan terlebih dahulu bahwa apa yang telah dilakukannya salah dan menasehatinya supaya tidak mengulanginya lagi. Selain itu juga terjadi komunikasi dua arah yang baik sehingga antara orangtua dan anak terjalin keakraban.
3.      Adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak
Sikap terbuka antara orangtua dan anak adalah ketika orangtua melakukan sesuatu dalam keluarga secara musyawarah dan kalau terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicarikan jalan keluarnya (secara musyawarah), juga dihadapi dengan tenang, wajar, dan terbuka.
4.      Adanya pengakuan orangtua terhadap kemampuan anak-anaknya
Orangtua yang baik adalah orangtua yang mengakui kemampuan anak, ia memandang anak sebagai individu yang sedang berkembang sehingga memberikan kesempatan kepadanya untuk mengembangkan dirinya dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. Orangtua seperti ini memahami hakekat perkembangan anak yakni mencapai kedewasaan fisik, mental, emosional dan sosial. Orangtua yang memahami hal ini akan menanggapi secara positif seluruh ekspresi anak dalam bentuk apapun, memberi kebebasan kepada anak untuk berkreasi, mengembangkan bakatnya, serta mendukung seluruh keinginan anak yang positif dengan terus memantau dan mengarahkan anak agar jangan menyusuri jalan hidup yang sesat.
5.      Memberi kesempatan untuk tidak tergantung dengan orangtua
Indikator dari pola asuh demokratis berikutnya adalah orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk tidak tergantung dengan orangtua. Dengan kata lain orangtua melatih anak untuk mandiri yaitu dengan memberi anak kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit anak berlatih untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Selain itu anak juga dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi mengatur hidupnya. Sehingga anak dapat belajar secara aktif dalam mengembangkan dan memajukan potensi bawaannya serta anak dapat inovatif dan kreatif.
C.    POLA PENGASUHAN LAIZER FAIRE
Ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
D.    PENGARUH POLA PENGASUHAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Dampak pola asuh menurut Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola asuh yang dilakukan  orang tua dalam keluarga.
a.      Pola pengasuhan otoriter
Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap pembangkang. Dampak pengasuhan otoriter pada anak adalah sebagai berikut:
1.      Harga diri
Kemungkinan besar yang terjadi pada anak adalah gagal mengakui individualitas mereka. Akhirnya anak-anak menderita rendah harga diri karena menganggap dirinya tidak berperan penting dan tidak cukup valid menentukan keberadaan mereka di tengah masyarakat.
2.      Kepercayaan diri
Anak-anak dengan orangtua otoriter selalu mengambil keputusan sepihak tanpa kompromi dengan anak. Anak pun akan gagal mengakui keinginan karena naluri mereka selalu dikendalikan. Mereka juga tidak percaya akan kemampuan diri mengambil keputusan penting.
3.      Kepatuhan
Karena cenderung dibatasi individualitasnya, anak-anak akan selalu mengikuti perintah orangtua tanpa keraguan. Mereka tidak berani bereksperimen dalam menangani situasi. Bahkan tidak mampu berhadapan dengan situasi stres dan tidak bisa mengekspresikan diri.
4.      Menang sendiri
Orang tua otoriter selalu menetapkan aturan dan panduan agar anak mengikutinya tanpa mempertanyakan baik dan buruknya. Bila mereka gagal melakukan sesuatu biasanya dikenakan hukuman. Anak-anak pun terbiasa untuk harus unggul dalam kegiatan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.
5.      Kesepian
Sementara orangtua sibuk merumuskan pedoman, anak-anak mulai merasa kesepian dan menarik diri. Kemudian menjadi pendiam dan menutup diri. Banyak kasus anak menjadi depresi karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang layak untuk didengar dan dilihat sebagai individu.
b.      pola pengasuhan demokratis
Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab atas segala tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatifnya, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak-orang tua.
Pola asuh demokratis  juga akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif terhadap orang lain.
c.       pola pengasuhan laizer faire
Pola asuh Laissez faire atau penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman. Pola asuh seperti ini juga akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.


Daftar Rujukan :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar