Total Tayangan Halaman

Kamis, 16 Februari 2017

POLA PENGASUHAN DALAM KELUARGA

POLA PENGASUHAN DALAM KELUARGA

A.    POLA PENGASUHAN OTORITER
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran dengan orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anakDalam pola otoriter, hukuman merupakan sarana utama dalam proses pendidikan, sehingga anak melaksanakan perintah atau tugas dari orang tua atas dasar takut memperoleh hukuman dari orang tuanya. Sedangkan indikator dari pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:
1.      Peraturan dan pengaturan yang keras (kaku)
Salah satu Indikator dari pola asuh otoriter adalah peraturan yang diberikan orangtua kepada anak sangat ketat. Kebebasan untuk bertindak atas nama dirinya dibatasi bahkan cenderung memaksa dan terkadang keras. Anak harus mematuhi segala peraturan orangtua dan tidak boleh membantah dan apabila membantah maka anak tersebut dianggap memberontak dan akan menimbulkan masalah. Orangtua yang seperti ini biasanya hanya cenderung memberikan perintah dan larangan, orangtua cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak sehingga anak hanya sebagai pelaksana. Dengan peraturan yang kaku anak merasa terkekang di rumah sehingga bisa bersifat agresif di luar rumah.
2.      Pemegang semua kekuasaan adalah orangtua
Indikator dari pola asuh otoriter berikutnya adalah pemegang semua kekuasaan adalah orangtua yaitu orangtua menjadikan dirinya di dalam keluarga sebagai seorang pemimpin yang absolut. Orangtua juga cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana (orangtua sangat berkuasa). Semua kegiatan yang akan dilakukan oleh anak ditentukan oleh orangtua, bahkan sampai ke hal-hal yang kecil misalnya selalu mengatur jadwal kegiatan anak, cara membelanjakan uang, teman-teman bermain dan lain-lain. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana seperti ini, jika mereka dewasa akan memiliki sifat rendah diri dan tidak bisa memikul suatu tanggung jawab.
3.      Anak tidak mempunyai hak untuk berpendapat
Indikator dari pola asuh otoriter lainnya adalah anak tidak mempunyai hak untuk berpendapat. orangtua merasa bahwa dirinya paling benar, sehingga orangtua sedikit atau bahkan tanpa melibatkan pendapat dan inisiatif anak. Kalau terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak, maka anak dianggap sebagai orang yang suka melawan dan membangkang.Sehingga anak menjadi tidak berani mengeluarkan pendapat, pasif, dan kurang sekali berinisiatif bahkan cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan (tidak berani mengambil keputusan) dalam hal apa saja. Sebab anak terbiasa bertindak harus dengan persetujuan dari orangtua dan tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri.
4.      Hukuman dijadikan alat jika anak tidak menurut
Salah satu ciri-ciri orangtua yang otoriter adalah selalu menghukum anaknya ketika anaknya berbuat salah bahkan hukuman tersebut terkadang cenderung keras dan mayoritas hukuman tersebut sifatnya hukuman badan. Orangtua seringkali mengancam dan menghukum anaknya ketika anak tersebut tidak menurut dengan orangtua.
5.      Seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua)
Salah satu indikator orangtua yang otoriter adalah seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua). Hal ini disebabkan karena orangtua merasa dirinya yang paling benar dan anak harus mencontoh (meniru) segala perilaku yang dilakukan orangtua. Walaupun terkadang perilaku orangtua salah, akan tetapi orangtua merasa hal itu benar dan anak harus menurutinya.
B.     POLA PENGASUHAN DEMOKRATIS
Pola pendidikan demokratis adalah suatu cara mendidik/mengasuh yang dinamis, aktif dan terarah yang berusaha mengembangkan setiap bakat yang dimiliki anak untuk kemajuan perkembangannya. Pola ini menempatkan anak sebagai faktor utama dan terpenting dalam pendidikan. Hubungan antara orang tua dan anaknya dalam proses pendidikan diwujudkan dalam bentuk human relationship yang didasari oleh prinsip saling menghargai dan saling menghormati. Hak orang tua hanya memberi tawaran dan pertimbangan dengan segala alasan dan argumentasinya, selebihnya anak sendiri yang memilih alternatif dan menentukan sikapnya.
Anak diberi kesempatan mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Selain itu anak juga dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.Sehingga memungkinkan anak dapat belajar secara aktif dalam mengembangkan dan memajukan potensi bawaannya. Serta anak dapat kreatif dan inovatif.Adapun indikator dari pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:
1.      Peraturan dari orangtua lebih luwes
Salah satu ciri-ciri pola asuh demokratis adalah peraturan dari orangtua lebih luwes yaitu orangtua menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan, perasaan dan pendapat si anak serta memberikan alasan-alasan yang dapat dipahami, diterima dan dimengerti anak.
Selain itu semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak menggunakan kata-kata yang mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar, seperti kata tidak boleh, wajib, harus dan kurang ajar. Dan memberikan pengarahan, perbuatan yang baik perlu dipertahankan dan yang jelek supaya ditinggalkan
2.      Menggunakan penjelasan dan diskusi dalam berkomunikasi dengan anak
Indikator dari pola asuh demokratis adalah orangtua menggunakan penjelasan dan diskusi dalam berkomunikasi dengan anak. Artinya ketika terjadi suatu masalah dalam keluarga maka orangtua dan anak mendiskusikannya dan mencari jalan keluarnya dengan berdiskusi. Dan ketika sang anak berbuat salah maka orangtua tidak langsung menghukum anak tersebut akan tetapi menjelaskan terlebih dahulu bahwa apa yang telah dilakukannya salah dan menasehatinya supaya tidak mengulanginya lagi. Selain itu juga terjadi komunikasi dua arah yang baik sehingga antara orangtua dan anak terjalin keakraban.
3.      Adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak
Sikap terbuka antara orangtua dan anak adalah ketika orangtua melakukan sesuatu dalam keluarga secara musyawarah dan kalau terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicarikan jalan keluarnya (secara musyawarah), juga dihadapi dengan tenang, wajar, dan terbuka.
4.      Adanya pengakuan orangtua terhadap kemampuan anak-anaknya
Orangtua yang baik adalah orangtua yang mengakui kemampuan anak, ia memandang anak sebagai individu yang sedang berkembang sehingga memberikan kesempatan kepadanya untuk mengembangkan dirinya dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. Orangtua seperti ini memahami hakekat perkembangan anak yakni mencapai kedewasaan fisik, mental, emosional dan sosial. Orangtua yang memahami hal ini akan menanggapi secara positif seluruh ekspresi anak dalam bentuk apapun, memberi kebebasan kepada anak untuk berkreasi, mengembangkan bakatnya, serta mendukung seluruh keinginan anak yang positif dengan terus memantau dan mengarahkan anak agar jangan menyusuri jalan hidup yang sesat.
5.      Memberi kesempatan untuk tidak tergantung dengan orangtua
Indikator dari pola asuh demokratis berikutnya adalah orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk tidak tergantung dengan orangtua. Dengan kata lain orangtua melatih anak untuk mandiri yaitu dengan memberi anak kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit anak berlatih untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Selain itu anak juga dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi mengatur hidupnya. Sehingga anak dapat belajar secara aktif dalam mengembangkan dan memajukan potensi bawaannya serta anak dapat inovatif dan kreatif.
C.    POLA PENGASUHAN LAIZER FAIRE
Ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
D.    PENGARUH POLA PENGASUHAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Dampak pola asuh menurut Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola asuh yang dilakukan  orang tua dalam keluarga.
a.      Pola pengasuhan otoriter
Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap pembangkang. Dampak pengasuhan otoriter pada anak adalah sebagai berikut:
1.      Harga diri
Kemungkinan besar yang terjadi pada anak adalah gagal mengakui individualitas mereka. Akhirnya anak-anak menderita rendah harga diri karena menganggap dirinya tidak berperan penting dan tidak cukup valid menentukan keberadaan mereka di tengah masyarakat.
2.      Kepercayaan diri
Anak-anak dengan orangtua otoriter selalu mengambil keputusan sepihak tanpa kompromi dengan anak. Anak pun akan gagal mengakui keinginan karena naluri mereka selalu dikendalikan. Mereka juga tidak percaya akan kemampuan diri mengambil keputusan penting.
3.      Kepatuhan
Karena cenderung dibatasi individualitasnya, anak-anak akan selalu mengikuti perintah orangtua tanpa keraguan. Mereka tidak berani bereksperimen dalam menangani situasi. Bahkan tidak mampu berhadapan dengan situasi stres dan tidak bisa mengekspresikan diri.
4.      Menang sendiri
Orang tua otoriter selalu menetapkan aturan dan panduan agar anak mengikutinya tanpa mempertanyakan baik dan buruknya. Bila mereka gagal melakukan sesuatu biasanya dikenakan hukuman. Anak-anak pun terbiasa untuk harus unggul dalam kegiatan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.
5.      Kesepian
Sementara orangtua sibuk merumuskan pedoman, anak-anak mulai merasa kesepian dan menarik diri. Kemudian menjadi pendiam dan menutup diri. Banyak kasus anak menjadi depresi karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang layak untuk didengar dan dilihat sebagai individu.
b.      pola pengasuhan demokratis
Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab atas segala tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatifnya, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak-orang tua.
Pola asuh demokratis  juga akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif terhadap orang lain.
c.       pola pengasuhan laizer faire
Pola asuh Laissez faire atau penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman. Pola asuh seperti ini juga akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.


Daftar Rujukan :


BENTUK , STUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA

BENTUK , STUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA

A.    PENGERTIAN KELUARGA
Keluaraga adalah suatu tempat dimana semua anggota keluarga tersebut berkumpul dalam satu rumah, hubungan itu biasanya terjalin karena adanya hubungan darah, ikatan perkawinan. Manusia atau anggota yang ada dalam rumah tersebut dipimpin oleh seorang kepala keluarga biasanya adalah suami atau ayah. Dimana dalam rumah tersebut mereka semua hidup bersama, tinggal bersama, makan bersama.
Pengertian keluarga menurut para ahli:
  1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
  2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).
  3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988). 
Jadi dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu hubungan yang terjadi atau terbentuk oleh suatu perkawinan, dimana dengan adanya perkawinan tersebut menghadirkan kelahiran seorang anak dalam keluarga tersebut. Kelahiran tersebut juga merupakan suatu bentuk upaya dalam melanjutkan generasi berikutnya, kemudian keluarga merupakan tempat pertama kalinya tempat anak diajarkan berinteraksi antar sesama, dan juga tempat dimana anak untuk meningkatkan perkembangan fisik, emosional dan social mereka.
B.     BENTUK – BENTUK KELUARGA
Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.
  1. Berdasarkan garis keturunannya:
    1. Patrilineal maksudnya adalah suatu bentuk hubungan atau keturunan yang sedarah disusun atau ditarik menurut garis keturunan ayah.
    2. Matrilineal maksudnya adalah suatu bentuk hubungan atau keturunan sedarah yang disusun atau ditarik menurut garis keturunan ibu.
  1. Berdasarkan jenis perkawinan:
a.       Monogami maksudnya suatu keluarga diama dalam keluarga tersebut hanya terdiri atas satu suami dan sattu istri.
b.      Poligami maksudnya suatu keluarga dimana dalam rumah atau keluarga tersebut terdiri atas satu suami dan istrinya dalam rumah tersebut lebih dari satu.
  1. Berdasarkan pemukimannya:
a.       Patrilokal adalah dimana pasangan suami dan istri mereka tinggal di dekat keluarga sedarah suami atau mereka tinggal bersama.
b.      Matrilokal adalah dimana  pasangan suami dan istri mereka tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri.
c.       Neolokal adalah dimana pasangan dan suami istri mereka tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.
  1. Berdasarkan jenis anggota keluarga:
a.       Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak dalam satu rumah tersebut.
b.      Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga yang terdiri dari keluargayang anggota inti inti ditambahkan dengan kerabat  saudara lainnya . Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.
c.       Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.      Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena adanya perceraian atau ditinggal mati.
e.       Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f.       Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
  1. Berdasarkan kekuasaan
a.       Patriakal adalah suatu keluarga yang paling banyak memegang kekuasaan dalam rumah  adalah dipihak ayah atau suami.
b.      Matrikal adalah suatu keluarga yang paling banyak memegang kekuasaan dalam rumah  adalah pihak ibu istri.
c.       Equalitarium adalah suatu keluarga yang memegang kekuasaan dalam rumah adalah ayah dan ibu atau suami dan istri.
C.    STUKTUR DALAM KELUARGA
a.       Patrilineal maksudnya adalah suatu bentuk hubungan atau keturunan yang sedarah disusun atau ditarik menurut garis keturunan ayah.
b.      Matrilineal maksudnya adalah suatu bentuk hubungan atau keturunan sedarah yang disusun atau ditarik menurut garis keturunan ibu.
c.       Patrilokal adalah dimana pasangan suami dan istri mereka tinggal di dekat keluarga sedarah suami atau mereka tinggal bersama.
d.      Matrilokal adalah dimana  pasangan suami dan istri mereka tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri.
e.       Keluarga kawinan adalah suatu hubungan suami istri sebagai dasar atau patokan bagi pembinaan keluarga, dan beberapa kerabat  saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
D.    FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1.      Fungsi keluarga segi biologis
a.       Meneruskan keturunan maksudnya untuk menambah dan memperbanyak generasi penerus dalam keluaarga tersebut.
b.      Memelihara dan membesarkan anak maksudnya seorang ayah dan ibu harus mampu memelihara atau menjaga anaknya serta membesarkan anak dengan penuh kasih sayang, sehingga anak tetap terjaga dan aman dalam keluarga tersebut, sehingga anak besar dalam keluarga tersebut menjadi anak yang baik.
c.       Memenuhi kebutuhan gizi anak maksutnya adalah menjaga kondisi anak dan kebutuhan nutrisi anak tetap terjaga sehingga tubuh anak sehat karena pemberian gizi yang cukup.
d.      Memelihara dan merawat keluarga maksudnya menjaga agar keluarga tetap utuh dan selalu bersama dan akur.
2.      Fungsi keluarga segi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman maksudnya orang tua harus memberikan perhatian kasih sayang dan rasa aman serta nyaman kepada anak sehingga anak merasa tentram bersama keluarganya.
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga maksudnya selalu meberikan perhatian atau saling berbagi antar anggota keluarga agar semua menjadi damai dan senang.
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga maksudnya adalah memberikan bimbingan kepda anggota keluarga dalam proses pembentukan kepribadiannya menjadi seorang yang bijak dan dewasa.
3.      Fungsi keluarga dari segi sosialisasi
a.       Membina sosialisasi pada anak maksudnya adalah mengajarkan anak untuk bersosialisasi atau berhubungan dengan sesame mereka.
b.       Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak maksudnya memberikan ajaran kepada anak- anak tentang prilaku yang baik dan memberikan pelajaran yang ada dimasyarakat.
c.        Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga maksudnya memberikan nilai-nilai budaya kepada anak agar pada saat mereka dewasa mereka tidak melenceng dari nilai-nilai budaya yang telah ada sejak lama.
4.      Fungsi keluarga segi ekonomi
a.       Membina sosialisasi pada anak adalah membina hubungan yang baik denga anak, sehingga anak – anak tersebut mereka juga akan membina hubungan yang baik dengan anak- anak lain.
b.      Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, memberikan pendidikan sesuai dengan norma yang ada dan berlaku di dalam masyarakat.
c.       Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga maksudnya meneruskan tradisi keluarga yang telah ada.
5.      Fungsi keluarga segi pendidikan
a.       anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b.       Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c.        Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
6.      Peran keluarga
Keluarga sangat berperan bagi kelangsungan seorang anak, karena keluarga merupakan tempat pertama kali anak mendapatkan pendidikan untuk mengetahui cara merinteraksi dengan baik antar sesame kemudian menanamkan norma dan ajaran baik kepada anak. Baik atau tidaknya anak tergantung atas didikan orang tuanya.
Peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a.       Peran ayah
Didalam keluarga ayah sangat berperan penting yaitu sebagai suami, sebagai kepala keluarga , mencari nafkah, melindungi, memberi rasa aman, serta menjadi orang yang dicontoh atau menjadi  pedoman dalam hidup oleh anaknya.
b.      Peran ibu
Ibu sebagai isri, ibu dari anak- anaknya, kemudian ibu juga berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus segala kebutuhan dirumah, ibu juga sebagai pengasuh serta pendidik bagi anaknya. Ibu juga merupakan pelindung bagi anaknya kemudian ibu juga ikut serta berperan dalam mencari nafkah untuk membantu ayah.
c.       Peran anak
Anak menjalankan perannya sesuai tingkat perkembangan mereka, baik dari segi fisik, mental, social dan spiritualnya.







KECERDASAAN JAMAK

KECERDASAAN JAMAK

A.    PENGERTIAN KECERDASAAN JAMAK
Dari segi terminology jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence(MI).
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Kecerdasan Multiple Intelegensi adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasipidato, diskusi, tulisan), logical-mathematical (kemampuan logika-matematik dalam memacahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (keterampilan gerak,menari,olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan kengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist ( kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Kecerdasan jamak yaitu pandangan baru tentang kecerdasan yang dikemukakan Gadner (seperti yang dituliskan Thomas Amstrong “Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah” Kaifa 2004 hal 2), meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.
B.     KECERDASAAN DAN INTELEGENSI
Setiap individu berpikir menggunakan pikiran/inteleknya. Kemampuan intelegensilah yang menentukan cepat tidaknya atau terselesaikannya tidaknya suatu masalah yang sedang dihadapi. Pada hakikatnya intelengensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Stern dalam monks, knoers dan haditono (1999:29) mendefinisikan intelegnsi sebagai disposisi untuk bertindak, untuk menentukan tujuan-tujuan baru dalam hidup, membuat dan mempergunakan alat musik untuk mencapai tujuan tertentu. Disposisi mempunyai arti sebagai potensi yang terarah pada tujuan. Berdasakan konsep-konsep fungsional, binet dalam suryabrata (2000:137) menyatakan sifat itelengsi ada 3 (tiga) macam, yaitu:
(1)   Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang, maka semakin cakap dia membuat tujuan sendiri, punya inisiatif sendiri, tidak menunggu perintah.
(2)   Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang, maka dia akan semakin dapa menyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu dengan semestinya dan makin dapat bersikap kritis.
(3)   Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesalahannya, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Intelegensi memang memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang, tetapi intelegensi bukanlah satu-satunya faktor yang menetukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak faktor lain yang ikut menentukan termasuk didalamnya adalah kecerdasaan emosional (EQ) yang dipopulerkan oleh goleman (1996:2)
C.    PERKEMBANGAN OTAK
Penelitian yang berkenaan dengan potensi bawaan telah dilakukan oleh shatz dalam nash (1997:1) seorang ahli neurobiologi dari universitas of california, bakeley, telah menemukan saat yang tepat tentang pembentukan potensi bawaan ini. Didalam penelitiannya telah menyimpulkan bahwa potensi bawaaan itu sudah terbentuk sejak 10-12 minggu setelah terjadinyaa proses konsepsi (conception phase). Hal ini dikarenakan pada saat itulah sel-sel otak jnin mulai terbentuk dan berkembang secara pesat. Lebih jauh penelitin itupun juga dikatakan bahwa sejalan dengan pembentukan dan perkembangan otak secara bertahap dan pasti potensi-potensi bawaan itu ikut tumbuh dan berkembang. Fase konsepsi ini sangatlah perlu diketahui karena merupakan fase yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak baik selama di dalam kandungan maupun setelah anak itu dilahirkan ke dunia.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak potensi bawaan ikut terus tumbuh dan berkembang. Hal ini berartti terhentinya suatu pertumbuhan dan perkembnagan sel-sel otak juga akan menyembabkan pertumbuhan dan perkembangan potensi itu terhenti. Pertumbuhan dan perkembnagan sel-sel otak sangat pesat sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan janin. Hal ini ditandai dengan bentuk kepala janin yang jauh lebih besar dari pada tubuh janin itu sendiri.
Pertumbuhan dan perkembanagna otak sebenarnya ditentukan oleh sel syaraf panjang yang mengantarkan pesan-pesan llisrtik lewat sistem syaraf dan otak yang disebut dengan neuron. Otak yang telah terbentuk menghasilkan neuron yang jumlahn ya kurang lebih 100 miliar yang mana jumlah ini jauh melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Neuron-neuron yang telah terbentuk ini terus tumbuh dan berkembangan dengan mengeluarkan sambungan transmisi jarak jauh sistem syaraf yang dinamakan akson, di setiap ujung akson ini mengeluarkan cabang-cabang sebagai penghubng sementara dengan banyak sasaran.
Sehubung dengan teori belahan otak yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada saat dilahirkan struktur otak manusia ditentukan secara genetis, tetapi cara berfungsinya sangat tergantung pada interaksi dengan lingkungan.
D.    STRATEGI PENGEMBANGAN KECERDASAAN JAMAK
Bagi seorang pendidik anak usia dini pemahaman tentang teori kecerdasaan jamak sangat penting. Tetapi ada hal yang lebih penting lagi yaitu bagaimana menerapkan teori tersebut kedalam kegiatan belajar sehari-hari.
Pembelajaran dengan kecerdasaan jamaksangatlah penitng untuk mengutamakan perbedaan individual pada anak didik. Implikasi teori kecerdasaan jamak dalam proses pendidkna dan pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu memperhatikan modalitas kecerdasaan dengan carav menggunakan berbagai strategi dan pendekatan sehingga anak akan dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.
Untuk lebih memahami tentang kecerdasaan jamak yang dapa dikembangan pada diri setiap anak didik, maka berikut ini akan diuraikan berbagai kecerdasaan tersebut. Adapaun urutan penyajian tidak menunjukkan bahwa satu kecerdasaan lebih unggul dari kecerdasaan yang lain.
1.      Kecerdasan Linguistik  (Word Smart)
Kecerdasaan linguistik adalah kecerdasaan dalam mengolah kata, atau kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat beragumentasi meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Kecerdasaan ini memiliki empat keterampilan yaitu ; menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
`           Tujuan mengembangakan kecerdasaan linguistik yaitu:
1)      Agar anak mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan baik.
2)      Memiliki kemampuan bahas auntuk meyakinkan orang lain.
3)      Mampu mengingat dan menghafal informasi.
4)      Mampu memberikan penjelasan.
5)      Mampu untuk membahsa bahasa itu sendiri.(Linguistic Intelligence)

2.      Kecerdasaan logika matematika (number/ reasoning smart)
Kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pola dan hubungan sebab akibat serta pengaruh. Kemampuan tersebut ditunjukkan melalui aktivitas membuat perhitungan, mengukur, mempertimbangkan perbandingan ukuran dan hipotesis serta kemampuan memecahkan masalah matematis yang kompleks. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya berpikir secara numerik atau dalam konteks pola serta dalam urutan yang logis.
Anak-anak tersebut biasanya terus-menerus bertanya, dan ingin tahu tentang peristiwa alam. Kemudian Armstrong mengemukakan orang yang cerdas secara logika matematis memiliki ciri sebagai berikut, yaitu a) mampu dalam penalaran, b) mengurutkan, c) berpikir dalam pola sebab akibat, d) merumuskan hipotesis, e) merumuskan keteraturan konseptual atau pola numerik dan f) memiliki pandangan hidup yang umumnya rasional. Ciri-ciri tesebut dapat digunakan untuk mengenali perkembangan kecerdasan logika matematis seseorang.
3.      Kecerdasaan fisik-kinestetik (Body Smart)
Kecerdasaan fisik adalah kecerdasaan dimana saat menggunakan kita mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus, berlari, menari, membangun sesuatu, semua seni dan hasta karya Banyak orangyang berbakat secara fisik dan “terampil menggunakan tangan” tidak menyadari bahwa merek menunjukkan bentuk kecerdasaan yang tinggi. Kecerdasaan yang sama nilainya dengan kecerdasaan yang lain. Materi program pada kurikulum yang dapat mengembangakan kecerdasaaan fisik antara lain ; akvitas fisik, modeling, dansa, menari, body language, sport dan penampilan.
Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk menstimulasi kecerdasaan fisik pada anak yaitu ;
1)      Menari
2)      Beramin peran
3)      Drama
4)      Latihan fisik
5)      Pantonim
6)      Berbagai olah gerak

4.      Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)
Visual spasial merupakan salah satu bagian dari kecerdasaan jamak yang berhubungana erat dengan kemampuan untuk menvisualkan gambar di dalam pikiran seseorang, atau untuk anak dimana dia berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan sesuatu masalaha atau menemukan jawaban. Materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasaan visual spasial anatara lain : video, gambar, menggunakan model dan atau diagram.
Cara mengembangakan kecerdasaan visual spasial pada anak :
1)      Menggambar dan melukis
2)      Mencoret-coret
3)      Menyanyi, mengenal dan membayangkan suatu konsep
4)      Membuat prakarya
5)      Mengunjungi berbagai tempat
6)      Melakukan permainan konstruktif dan kreatif
7)      Mengatur dan merancang

5.      Kecerdasaan intrapersonal (self smart)
 intrapersonal adalah kemammpuan diri kita untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu kepada kesadaraan reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasaan ini ialah berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, mencanagkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri, dan menulis intropeksi. Materi program dalam kurikulum yang dapat mengembnagkan kecerdasaan intrapersonal antara lain : refleks, perasaan, self analysis, keyakinan diri, mengagumi diri sendiri, organisasi waktu, perencanaan untuk masa depan.
Cara mengembangkan kecerdasaaan intrapersonal pada anak di sekolah :
1)      Menciptakan citra diri positif
2)      Menciptakan suasana yang mendukung pengembangana kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri anak.
Cara mengembangakan kecerdasaan intrapersonal pada anak di rumah :
1)      Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi
2)      Bercakap-cakap tentang minat dan keadaan diri anak
3)      Memberikan kesempatan menggambar diri sendiri dari sudut pandang anak
4)      Membayangkan diri di masa datang
5)      Mengajak berimajinasi jadi satu tokoh sebuah cerita
6.      Kecerdasaa interpersonal (People Smart)
Kecerdasaan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Ini mengacu pada “keterampilan manusia” dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun kegaiatan yang mencakup kecerdasaan ini adalahmemimpin, mengorgnisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, teman-teman, kelompok, dan kerja sama.
Cara mengembangkan kecerdasaan interpersonal pada anaka ; mengembangakan dukungan kelompok, menetapkan aturan tingkah laku, memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah, bersama-sam menyelesaikan konflik, melakukan kegiatan sosial di lingkungan, mengharagai perbedaan pendapat antara anak dengan teman sebaya, menumbuhkan sikap ramah dan memahamai keragaman budaya lingkungan sosial dan melatih kesabaran menunggu giliran berbicara, serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu.
7.      Kecerdasaan Musikal (Music Smart)
Kecerdasaan musikal yaitu kemampuan menagani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer), mengekspresikan (penyanyi). Kecerdasaan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titi nada pada melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu.
Cara mengembangakan kecerdasaan musikal pada anak ;
1)      Beri kesempatan
2)      Berikan stimulus-stimulus ringan
3)      Pengalaman empiris yang praktis
Strategi pembelajaran untuk kecerdasaan musikal :
1)      Irama, lagu, rap, senandung
2)      Mencari lagu, lirik atau potongan lagu
3)      Musik supermemori
4)      Musik suasana

8.      Kecerdasaan natural (nature Smart)
Kecerdasaan naturalis yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies (flora, fauna) di lingkungan sekitar, mengenali eksistensi suatu spesies, memetakan hubungan anatara beberapa spesies. Kecerdasaan ini juga meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya: formasi awan dan gunung-gunung), dan bagi mereka yang dibesarkan dilingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti mobil, sepatu karet, dan sampul kaset cd, dan lain-lain.
Cara mengembangkan kecerdasaan naturalis pada anak di sekolah : beri kesempatan pada anak didik untuk mengetahui kemampuan yang ada pada dirinya, ceritakan “kondisi akhir” sebagai keteladanaan dan inspirasi bagi mereka, misalnya: ahli-ahli binatanag dan para peneliti alam. Buatlah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dimasukkan ke dalam kecerdasaan naturalis, misal: “career day” dimana para dokter dan ahli binatang menceritakan tentang kecerdasaan naturalisnya. Karya wisata kebun binatang, pengalaman empiris praktis, misalnya mengamati alam dan makhluk hidup, buat rak pameran stimulasi metamorfosa kupu-kupu, dan buat papan permainan.
Strategi pembelajaran kecerdasaan naturalis :
1)      Jalan-jalan di alam terbuka dan berdiskusi mengenai apa yang terjadi dalam lingkungan sekitar
2)      Melihat keluar jendela
3)      Tanaman sebagai dekorasi, gunakan tanaman sebagaimetamorfosa naturalistik untuk ilustrasi konsep setiap elajara, membawa hewan peliharaan ke kelas, anak di beri tugas mencata perilaku hewan tersebut
4)      Ekostudi, ekologi yang di integrasikan ke dalam setiap bagian pembelajaran di sekolah, kesimpulan penting bahwa agar anak memiliki sikap hormat pada alam sekitar.





 Daftar Rujukan :
Sujiono, Yuliani Nuraini. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta; PT Indeks